What's Hot

Travel

Love

unyu

Health

Saturday, January 24, 2015

Suka Selfie Pertanda Gangguan Jiwa ?

Warna Unyu ~ Selfitis, mungkin Anda jarang mendengar istilah ini. Peradangan ego pada seseorang yang terlalu banyak melakukan selfie adalah penjelasan bagi istilah tersebut. Berdasarkan laman Psychology Today, selfitis dinyatakan sebagai gangguan mental oleh American Psychological Association.

Benarkah selfie secara inheren adalah narsistik? Sementara setiap narsis butuh kolam refleksi, seperti halnya Narcissus yang menatap ke kolam untuk mengagumi dirinya. Zaman yang modern telah menjadikan media sosial seperti Facebook seolah kolam modern kita untuk terus mengagumi diri.

Namun, tidakkah kita terlalu cepat mengaitkan media sosial dengan perilaku narsis? Sebelumnya telah dilakukan penelitian terhadap 400 orang. Bagaimana perilaku mereka terhadap Facebook, berapa jam per hari waktu yang mereka habiskan untuk mengutak-atik Facebook, serta berapa kali mereka memperbarui status mereka.

Orang narsis memiliki pandangan yang berlebihan terhadap daya tarik mereka dan ingin berbagi dengan dunia. Namun, pertanyaan ini lumrah diajukan, karena boleh diakui banyak orang melakukan selfie, mungkin Anda sendiri pun melakukannya. Pada batasan apa seseorang yang melakukan selfie disebut mengalami gangguan narsistik atau narcissistic personality disorder?

Perilaku selfie sebetulnya tidak mengenal batasan usia. Hal tersebut diakui oleh Roslina Verauli. Psikolog anak, remaja, dan keluarga itu menjelaskan  bahwa selfie tidak ada kaitannya dengan usia.

“Lihat saja para aktor atau bahkan presiden yang melakukannya (selfie). Itu bisa dilakukan di setiap tahapan usia. Memang tahap remaja adalah tahap tumbuh kembang, di mana kepedulian terhadap diri lebih tinggi. Tapi bukan berarti di usia lain tidak begitu,” kata Vera.

Selfie yang sudah masuk pada tahap gangguan, menurut Vera, manakala perilaku tersebut telah mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari. “Pendidikan terganggu, pekerjaan terganggu, setiap kehidupan akan terganggu. Dia tidak lagi nafsu makan, hanya nafsu memfoto dirinya. ” ucap Vera.

Namun, dalam ilmu psikologi pun ada takaran untuk terjadinya gangguan kejiwaan. Dengan kata lain, tidak bisa disebut sembarangan. Takaran tersebut melewati batas normal sampai mengganggu fungsi sehari-hari dan membuat orang tersebut mengalami distres.

Sebuah kasus bahkan pernah terjadi di Inggris. Pertengahan tahun lalu, remaja 19 tahun mencoba bunuh diri lantaran foto selfie-nya dia anggap tidak sempurna. Jika selfie telah sampai pada tahap gangguan, menurut Vera yang harus dilakukan adalah memahami mekanisme kenapa pasien menjadi selfie.

“Paham akar masalah dulu, seperti halnya memahami apa yang membuat seseorang terjerumus narkoba.”
Comments
0 Comments

Post a Comment

Kuy, Komentar dengan Bijak!

 
Copyright © 2014-2017 Warnaunyu.com - Tempat Baca Anak Muda / Sitemap / Disclimer / Kebijakan Privasi / Kirim Artikel / Kontributor / Pasang Iklan
Powered by Blogger